Ada pameo di masyarakat yang mangatakan bahwa siswa jurusan IPA lebih
cerdas ketim-bang siswa IPS. Itu jelas pandang-an yang salah terhadap
IPS. Pa-meo tersebut ternyata berpenga-ruh terhadap dunia kerja.
Buktinya,
saat ini banyak pencari kerja yang yang dari jurusan IPA yang lebih
memiliki kesempatan untuk diterima ketimbang dari siswa yang daru
jurusan IPS.
Alasannya adalah karena anak IPA lebih cepat
menganalisa keadaan/lingkungan kerja dan lebih cepat tanggap terhadap
bidang pekerjaan walopun itu bukan dari basic ilmunya.
Hal itu
tentu mengakibatkan munculnya pandangan para siswa bahwa IPA lebih
unggul makanya dari tahun ke tahun IPA tetap menjadi primadona. Walau
hasil akhirnya kelas IPS tetap lebih banyak di sekolah-sekolah.
Cerdasnya
siswa IPA dan IPS tentu berbeda. IPA mungkin lebih cerdas di bidang
hitung-menghitung, tapi kalo siswa IPS lebih kepada bidang
keasyarakatan. Ilmu yang diajarkan aja udah beda, tentunya yang diserap
siswa juga berbeda.
Jurusan IPA telah menonjol, saatnya IPS juga. Sehingga pameo di
masyarakat yang terlanjur tersebar akan hilang dan tentunya diharapkan
tidak terjadi diskriminasi terhadap siswa jurusan IPS di berbagai bidang
pekerjaan ataupun bidang profesi.
"semakin banyak seseorang mengalami kegagalan, jika orang itu
tetap gigih menggapai impiannya, dia pasti akan mendapatkan kesuksesan
melebihi siapapun yang lebih jarang menerima kegagalan." ada pun yang berbicara seperti ini: "semakin sering orang gagal, semakin dekat dia dengan kesuksesan."
Kesimpulannya,
sekarang kita belum patut untuk berbangga. karena belum menunjukkan
keberhasilan kita. mari bersama, wujudkan mimpi kita untuk merajai dunia
dengan ilmu dan iman.
*maaf, sedikit copas .. =)*
Rabu, 27 Juni 2012
Sabtu, 26 Mei 2012
Cara Berpakaian Rasulullah SAW
Sep21201Pakaian adalah kebutuhan
hidup sekaligus cermin perilaku kita. Pakaian yang baik adalah pakaian yang
diridhoi oleh Allah SWT. Berikut adalah pesan Rasulullah SAW dalam memilih
pakaian yang baik:
1.
Pakaian yang dikenakan bersih, longgar (tidak ketat), tidak tembus
pandang, dan menutupi aurat;
2.
Tinggalkan pakaian yang mewah walaupun kita mampu membelinya.
Utamakan sikap tawadhu (rendah hati);
3.
Rasulullah SAW suka memakai gamis dan kain hibarah (pakaian
bercorak yang terbuat dari bahan katun);
4.
Untuk laki-laki, Rasulullah SAW melarang menggunakan pakaian
berbahan sutera dan emas;
5.
Jangan menggunakan pakaian yang terlalu panjang, apalagi hingga harus
diseret (terkena lantai). Untuk laki-laki, Rasulullah SAW melarang pakaian yang
menutupi mata kaki untuk laki-laki karena kesombongan;
6.
Untuk perempuan muslimah, panjangnya hingga menutupi telapak kaki,
dan kerudungnya menutupi kepala, leher, dan dada;
7.
Untuk lelaki tidak berpakaian seperti perempuan, demikian juga
sebaliknya;
8. Tidak memakai pakaian yang bertambal atau yang lusuh,
karena menurut Rasulullah, Allah senang melihat jejak nikmat Nya pada
hamba-Nya;
9. Mengutamakan pakaian yang berwarna putih, karena
Rasulullah juga menyukai warna itu.
Dalam tata cara berpakaian secara umum, ada
beberapa hal yang dicontohkan Rasulullah SAW:
1.
Berdo’alah ketika akan berpakaian. Salah satu contohnya adalah: “Alhamdulillahil ladzii kasaanii
hadzat tauba warozaqqoniihi min ghoiri haulin minna walaa quwwah“, yang artinya: “Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rizki
daripada-Nya tanta daya dan kekuatan dari-ku”;
2.
Berdo’alah ketika akan mengenakan pakaian baru. Doa yang
dianjurkan adalah: “Allahumma laka al hamdu anta kasautani hi. As’aluka khairahu wa
khaira ma suni’a lahu, wa a’u dzu bika min syarrihi wa syarri ma suni’a lahu“, yang artinya: “Ya
Allah bagi Mu segala puji, Engkau telah me¬makaikan pakaian ini kepadaku. Aku
mohon kepada Mu kebaikannya dan kebaikan akibatnya. Aku berlindung pula kepada
Mu dari kejahatannya dan kejahatan akibatnya”;
3.
Disunahkan memakai pakaian dari sebelah kanan terlebih dahulu;
4. Berpakaianlah dengan rapi dan indah disesuaikan dengan
tempat, tanpa berlebihan dan tidak dipaksakan;
5.
Disunahkan melepaskan pakaian dari sebelah kiri terlebih dahulu.
Referensi:
1.
Mu’adz bin Anas Radhiyallahu ‘anhu berkata:
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Siapa yang
menanggalkan pakaian yang mewah karena tawadlu’ kepada Allah padahal ia dapat
membelinya, Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di muka sekalian manusia
untuk disuruh memilih sendiri pakaian iman yang mana yang ia kehendaki untuk
dipakainya.” (HR. Tirmidzi)
2.
Hadis riwayat Barra’ bin Azib ra., ia berkata:Rasulullah saw.
memerintahkan kami untuk melaksanakan tujuh perkara dan melarang kami dari
tujuh perkara. Beliau memerintahkan kami menjenguk orang sakit, mengiringi
jenazah, mendoakan orang bersin (mengucap yarhamukallah), melaksanakan sumpah
dengan benar, menolong orang yang teraniaya, memenuhi undangan dan menyebarkan
salam. Beliau melarang kami dari cincin atau bercincin emas, minum dengan wadah
dari perak, hamparan sutera, pakaian buatan Qas (terbuat dari sutera) serta
mengenakan pakaian sutera baik yang tebal dan tipis. (Shahih Muslim No.3848)
3.
Hadis riwayat Hudzaifah bin Yaman ra.: Bahwasanya Rasulullah saw.
bersabda: Janganlah kalian minum dalam wadah emas dan perak dan jangan
mengenakan pakaian sutera sebab pakaian sutera itu untuk mereka (orang-orang
kafir) di dunia dan untuk kalian di akhirat pada hari kiamat. (Shahih Muslim
No.3849)
4.
Hadis riwayat Ali bin Abu Thalib ra., ia berkata: Dihadiahkan
kepada Rasulullah saw. kain sutera bergaris. Rasulullah saw. mengirimkannya
kepadaku maka aku pun memakainya. Tetapi aku melihat kemarahan di wajah beliau.
Beliau bersabda: Sungguh, aku mengirimkan pakaian itu kepadamu bukannya untuk
engkau pakai tetapi aku mengirimkannya agar engkau memotong-motongnya menjadi
kerudung buat para wanita. (Shahih Muslim No.3862)
5.
Hadis riwayat Anas bin Malik ra.: Dari Qatadah ia berkata: Kami
bertanya kepada Anas bin Malik: Pakaian apakah yang paling disukai dan dikagumi
Rasulullah saw.? Anas bin Malik ra. menjawab: Kain hibarah (pakaian bercorak
terbuat dari kain katun). (Shahih Muslim No.3877)
6.
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah
tidak akan memandang orang yang menyeretkan pakaiannya dengan sombong. (Shahih
Muslim No.3887)
7.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Ia melihat seorang lelaki menyeret
kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah pangeran
(penguasa) Bahrain. Ia berkata: Pangeran datang, pangeran datang! Rasulullah
saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menyeretkan
kainnya dengan kecongkakan. (Shahih Muslim No.3893)
8.
Doa berpakaian diatas diambil dari hadits riwayat seluruh penyusun
kitab sunan, kecuali Nasa’i, lihat Irwaa’ul Ghalil 4/47
9.
Rasulullah SAW bersabda, ” Sesungguhnya dua benda ini (emas dan
sutera) haram atas lelaki ummatku. (H.R.Abu Daud)”
10. Rasulullah bersabda: Allah
melaknati lelaki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai
pakaian laki-laki. (H.R. Bukhari)
11.
Doa yang dianjurkan adalah: “Allahumma laka al hamdu anta
kasautani hi. As’aluka khairahu wa khaira ma suni’a lahu, wa a’u dzu bika min
syarrihi wa syarri ma suni’a lahu”, yang artinya: “Ya Allah bagi Mu segala
puji, Engkau telah me¬makaikan pakaian ini kepadaku. Aku mohon kepada Mu
kebaikannya dan kebaikan akibatnya. Aku berlindung pula kepada Mu dari
kejahatannya dan kejahatan akibatnya”.
Rabu, 21 Maret 2012
Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum.
Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum.
Selanjutnya, dengan merujuk definisi Huntington diatas, Heddy Shri Ahimsha-Putra (2002) menyatakan bahwa persoalan korupsi adalah persoalan politik pemaknaan.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Langganan:
Postingan (Atom)